Saturday, September 29, 2007

Semerawut Umatmu.


Masyarakat kita di Indonesia sudah terkelompok-kelompokkan, ada yang di Nahdlotul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Wasiliyah, LDII dll, tiap kelompok mempunyai pengikut masing-masing yang jumlahnya tidak sedikit, terutama NU dan Muhammdiyah, boleh dibilang mereka adalah organisasi masyarakat terbesar di Indonesia karena pengikutnya yang sangat banyak. kalau kita melihat dari kedua organisasi masyarakat terbesar tersebut, sangat banyak sekali perbedaan yang tidak ada titik temunya, baik dalam masalah ibadah maupun masalah tata cara bermasyarakat secara umum.

Baru-baru ini kita bisa menyaksikan perbedaan yang sangat mencolok dan membuat bingung masyarakat indonesia umumnya, karena keputusan dari tiap oraganisai baik NU atau Muhammdiyah berbeda dalam menentukan 1 Syawal 1427 H, akhirnya masyarakat ada yang merayakan Idul Fitri pada hari Senin, 23 oktober 2006 seperti yg di lakukan masyarakat Muhammdiyah umumnya, ada juga yg merayakan di keesokan harinya pada hari Selasa seperti yg di lakukan kebanyakan masyarakat NU, tapi sebagian Masyarakat NU juga ada yang melaksanakan hari raya di hari Senin.
Kasihan sekali masyarakat Indonesia yang

mengalami kebingungan dalam merayakan hari rayanya, padahala julukan mereka satu, yaitu Islam, tapi mengapa hari rayanya ko' berbeda?...akhirnya muncul lagi julukan Islam NU, Islam Muhammdiyah, Islam Pemerintah, karena waktu itu pemerintah juga memutuskan hari raya Idul Fitri pada hari Selasa, 24 oktober 2006, mengapa ini bisa terjadi ?... ko bisa?...

Negara kita Indonesia punya badan astronomi dan astrofisika yang bernama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tapi kenapa para pemuka agama kita ko' tidak menyerahkan urusan ini kepada lembaga yang lebih ahli dan mempunyai peralatan yang super lengkap dan canggih?, kenapa mereka tidak menyelesaikan perbedaan ini dalam satu wadah atau corong (baca: LAPAN), biar nanti keputusan yang keluar cuma satu suara saja, pendek katanya " hari raya jatuh pada hari Senin atau Selasa", yang mana satu suara/keputusan ini tidak membuat bingung masyarakat kita di Indonesia.
Mesir sebagian besar umatnya beragama Islam, dalam kehidupan mereka lebih dekat dan paham tentang literatur-literatur keIslaman, dan kita melihat keseharian orang Mesir antara satu orang dan yang lain nya boleh di bilang mereka itu tidak ada keseragaman sama sekali, baik dalam hal mu'amalah atau ibadah, dan mereka bisa berjalan hidup rukun antara satu sama lainya.

Beberapa tahun yang lalu tepatnya di kota Banyuwangi ada sebuah kejadian yang hampir menelan korban, ketika itu ada sebagian masyarakat hendak mengadakan acara takbiran dan menabuh beduk untuk meramaikan suasana hari raya Idul Fitri, tapi hampir saja dia mau memukul beduk tiba-tiba ada orang yg datang mengancam dengan mengacungkan senjata tajam dan berkata " Ayo pukul aja beduk itu kalo kamu berani ?!!!!!" dengan spontan si pemukul beduk mengurungkan niat nya karena takut dengan ancaman orang ini, kenapa sampe begitu? karena pengancam tidak merayakan hari rayanya di hari esoknya melainkan dihari berikutnya.

Cerita ini sangatlah ironis, ada sebagian orang yang memakai ungkapan " ikhtilafu ummati rohmah" (perbedaan diantara umatku adalah rahmat) tapi kalau yang terjadi seperti cerita pendek diatas, itu bukanlah sebuah rahmat melainkan PETAKA. Semoga saja dengan berjalannya waktu, Indonesia dan masyarakatnya yang sangat kita cintai ini bisa berubah semakin dewasa dan punya sifat legowo satu sama lain, semoga para pemuka agama dan pemerintah kita bisa kompak dan bersatu sehingga masyarakat tidak merasakan kebingungan tentang ini dan itu, semoga kesemerawutan-kesemrawutan yang lain tidak lagi menghampiri masyarakat di Indonesia tercinta.oriac 25/okt/06

No comments: